Halooo, men temen, kali ini aku pengen share cerita tripku ke Wae Rebo kemarin , bagian pertama untuk overland Flores. Semoga bermanfaat yaa sharing-ku ini :)
Halooooo Labuan Bajo! |
Panas kota Labuan Bajo siang hari, bener-bener maksimal.
Kami sempat berkenalan dengan sesama penumpang ternyata kami semua bersamaan turun di kota Ruteng. Ruteng jaraknya 4 jam dari Labuan Bajo, kalau Labuan Bajo dengan pantai dan sunsetnya yang selalu jempolan, nah Ruteng ini bagian dingin-dinginnya Flores.
Kota Hujan dan berkabut! :D
Jam 7 malam, tibalah di ruteng, ya ampunnnnn dingin sekaliiiiiiiii, langsung dengan segera keluarkan jaket, kaos kaki. Setelah itu kami bertemu Yanto, teman baruuuuuu di Ruteng , penguasanya Ruteng dia hehehhehe
Puas ngobrol, kami dipersilakan untuk istirahat, soalnya besok mau perjalanan jauh, treking ke desa Waerebo.
Jam 11 pagi, setelah sarapan dan minum kopi Manggarai yang aduhai ituu, siap berangkat.
Dari Ruteng ke Desa denge sekitar 3 jam perjalanan.
Lets go cyiinnnnn .. Aku udah ga sabar pengen lihat, katanya viewnya bagus bagus sepanjang perjalanan ke Dintor, lalu Denge lalu treking 3 jam ke Waerebo .
Lewatin bukit persawahan sepanjang jalaaann, bukitt ... sawahhhh, bukitt lagi sawah lagiiiiii hehehe
Musim panen, musim bahagia :)
Lewati jembatan dengan air seperti ini, penuh batu-batuan.
melewati view begini di perjalanan |
Bisa ambi kapal nelayan di Dintor kalau mau ke pulau Mules.
Di pos 1, kami berhenti dan makan indomie rebus sebentar karena hujan mulai turun. Oleh bapak yang punya warung kami disarankan untuk memakai porter karena hari sudah sore dan takut ada apa di atas. Bapak porter kami namanya pak Marten, jasa porternya Rp200,000/tim.
Selesai makan, pakai jas hujan dan treking pun dimulaiiii. Wish us luck guyss hehhehee
besar sekali pohon tumbangnya. Hati-hati ke Waerebo apalagi musim hujan |
wefie bareng dengan pak Marten |
jalannya masih panjang. Semangattttt! |
sudah sampai sore sekali di pos II, sepanjang jalan yang terlihat hanya kabut tebal.
kami sudah sampai malam di Rumah Kasih Ibu, di pos ini, kita harus pukul kentongan yang menandakan ada tamu yang datang sehingga tetua adat bisa bersiap-siap.
Kami tiba jam 19.00 artinya jam makan malam di Waerebo. Lapaaaaaaaarrrr wkwkkwkwkw
pintu masuk Waerebo |
Akhirnyaaaa, Jumat malam, 23 Juni 2017, kami melewatkan malam di Waerebo,
Setelah hujan hujanan treking, basah, dingin walaupun pakai mantel hujan, hehe.
Tiba di Waerebo, kami disambut di rumah adat di tempat tetua adat. Nama bapaknya, Bapak Bona.
Nyampe rumah kami berkenalan dengan mama-mama yang ada di sana, satu rumah Waerebo bisa menampung 8 kepala rumah tangga. Its WOW!
"Iyah, kami di sini ada 8 keluarga dan hanya punya satu pintu keluar masuk, hanya pintu di depan itu saja" kata pak Bona
Kami udah hujan-hujanan sampai rumah, tapi sampai di sana, hangatloh, makanya kagum sangat
gimana mereka buat rumah,
Lalu kami meninggalkan rumah tetua adat, kemudian menuju rumah adat yang memang dikhusukan bagi para pengunjung untuk makan malam. Kami tiba pas jam makan malam.
makan malam menunya ayam goreng sambal , nasi putih, sayur pari dan bumbu cabai yang pedas |
kami makan dengan lahap karena keterlaparan sekali guys hihihi .. |
malam di Waerebo |
Selesai cuci muka dan berganti pakaian, kami semua sudah dalam posisi akan tidur. Ada juga yang mau keluar lihat bintang di langit Waerebo, harapannya ada milky way. Sayangnya awannya tebal sekali. Jadi kami kembali tidur saja. Dingin sekali di luar. Genset di Waerebo hanya hidup sampai jam 12 malam saja, selebihnya hingga subuh, hanya lampu tidur.
bersambung part 2 .....
Baca cerita lanjutnya Overland Flores : Akhirnya ke Wae Rebo! (part 2)
0 Comments