Selamat pagi Waerebooooooo .... Aku tidur dengan nyenyak sekali semalam.
Wohoooo .. akhirnya ya setelah penuh perjuangn tiba di tempat ini. Desa ini memang benar-benar indah. Jam 6 pagi dan aku segera bangkit segera ke kamar mandi dan ambil kamera, mau foto sunrise di Waerebo, akhirnya kelihatan jelas kampung ini di pagi hari yang cerah. Karena di kelilingi tebing, warna jingga merah langit matahari terbit yang terlihat di langit.
sunrise di Waerebo |
Dikutip dari wikipedia tentang rumah adat Waerebo ini :
Rumah adat Waerebo ini disebut Mbaru Niang, Mbaru Niang berbentuk kerucut dengan atap yang sedang. Atap yang digunakan rumah adat Mbaru Niang ini menggunakan daun lontar.
Rumah adat Mbaru Niang ini sangat unik dengan kerucut dan memiliki 5 lantai dengan tinggi sekitar 15 meter.
Mbaru Niang adalah rumah dengan struktur cukup tinggi, bentuk kerucut yang keseluruhannya ditutup ijuk. Mbaru Niang memiliki 5 tingkat dan terbuat dari kayu worok dan bambu dan dibangun tanpa paku. Tali rotan yang kuatlah yang member konstruksi bangunan. Setiap mbaru niang dihuni enam sampai delapan keluarga.
pemandangannya damai sekali ya |
Saat kami tiba, di Waerebo sedang musim panen kopi dan musim libur sekolah.
Jadi lihat banyakk sekali anak-anak Waerebo sedang membantu menjemur biji kopi, di sana rajin banget hujan hehehhee.
Minum kopi Waerebo yang ngehitsss lalu sarapan bareng traveler yang lain, kami waktu malam itu yang datang 30 orang dari berbagai kota dan negara.
Ga heran juga sih, soalnya Waerebo memang sedang ngehits bgt, per-Mei 2017, pengunjung yang sudah datang 850 orang, dan setiap tahun pengunjungnya signifikan sekali, lebih dari 6000 pengunjung di 2 tahun terakhir ini.
"Iyah, kakak, puji Tuhan banyak sekali mau yang datang ke desa kami " kata Benny, anak mudanya Waerebo, dia ramah banget ke semua pengunjung.
"Pernah dalam satu hari 100 orang pengunjung yang datang, jadinya kita pakai 3 rumah Mbaru. Kalau malam ini hanya satu rumah tamu saja" lanjut Benny.
Wowwww .. Keren bangettttt!
Aku pun tak lupa cerita dengan mama-mama yang lagi sibuk menumbuk kopi untuk dijadikan bubuk kopi. Ada 4 jenis kopi yang biasa mereka jual. Kopi robusta, arabica, kolombia dan luwak, dari kiri ke kanan harganya semakin mahal hehehhehe.
"Mamaa, saya mauu yaaaaaaa, kopi arabicanya."
"Iya nonaaa, sebentar ya" senyum mama mekar
Setelah bercerita dengan bapak Marten, porter kami, cerita asal usul orang Waerebo ternyata dulunya adalah suku Minangkabau.
" HA? kampung kita dulu bersebelahan donk pak di Sumatera "
" Hahhahahha, iya nona, asal kami dari Minangkabau, cuman sudah berapa ratus tahun silam "
"Oh gituuuu, tapi masih bisa buat daging rendang pak ? Bumbu-bumbunya? Nasi padang plus rendang kan enak sekaliii " tanyaku
"Waduhhhh, engga bisa lagi, nona" kata bapak
Dan kami semuapun tergelak hahahahah
Mata pencarian utama penduduk Waerebo berkebun kopi, menanam sayur di ladang dan buat wanitanya menenun kain. Menenun kain pun dengan pewarna alami.
Makanan seperti beras, minyak, gula, atau kebutuhan sembako lainnya dibawa dengan cara dipanggul saat ini. Jadi jangan heran kenapa ke rumah ini lumayan mahal karena memang semua bahan-bahan dibawa dengan tradisional ke kampung Waerebo pulang pergi bisa 5 jam. Saya sampai ke kampung ini mendakinya 3 jam baliknya 2,5 jam. Belum lagi kalau hujan di tengah jalan. Biasanya anak-anak muda Waerebo yang membeli dan membawa barang-barang kebutuhan dari pasar. Bener-bener perjuangannya sekali.
Ada satu taman baca dan balai kesehatan di Kampung Waerebo tak jauh dari rumah adat Mbaru Niang. Itu pun dengan jumlah yang terbatas.
Selesai sarapan semuanya pamit, satu per satu puang. Aku dan ka Nila masih sibuk foto dengan anak-anak Waerebo. Kami yang terakhir tiba di Waerebo, belum sempat foto-foto dan cerita.
Rasanya kurang lama, masih pengen cerita dengan mama bapa di sini, ya kali perjuangan mendakinya lumayan juga booooo'. Belum lagi drama jalan longsor tadi malam hehehe.
Oleh pak Marten, porter kami diingatkan, kami harus segera meninggalkan Waerebo, takut hujan turun siang hari, cuaca memang tidak menentu di sini. Daripada resiko, akhirnya aku berkemas, packing dan pamit. Kami akan kembali ke Ruteng untuk melanjutkan perjalanan ke Bajawa.
Sampai kita bertemu lagiiiiiii Waerebo! :)
@daisyjuliaaa - she will always remember warmth and joy in Waerebo village
Related Stories #OVERLANDFLORES
Overland Flores : Akhirnya ke Wae Rebo!
Menjelajah Taman Laut 17 Pulau Riung, Flores
Itinerary & Budget Overland Flores 10D9N
dari balik jendela |
Minum kopi Waerebo yang ngehitsss lalu sarapan bareng traveler yang lain, kami waktu malam itu yang datang 30 orang dari berbagai kota dan negara.
kopi Waerebo + view pagi seperti ini = mewah guysss hehehhee |
sarapan pagi menunya nasi goreng, telur dadar, plus kerupuk |
Ga heran juga sih, soalnya Waerebo memang sedang ngehits bgt, per-Mei 2017, pengunjung yang sudah datang 850 orang, dan setiap tahun pengunjungnya signifikan sekali, lebih dari 6000 pengunjung di 2 tahun terakhir ini.
"Iyah, kakak, puji Tuhan banyak sekali mau yang datang ke desa kami " kata Benny, anak mudanya Waerebo, dia ramah banget ke semua pengunjung.
"Pernah dalam satu hari 100 orang pengunjung yang datang, jadinya kita pakai 3 rumah Mbaru. Kalau malam ini hanya satu rumah tamu saja" lanjut Benny.
Wowwww .. Keren bangettttt!
peningkatan jumlah wisatawan .. tahun 2017 lebih dari 6000 orang |
Aku pun tak lupa cerita dengan mama-mama yang lagi sibuk menumbuk kopi untuk dijadikan bubuk kopi. Ada 4 jenis kopi yang biasa mereka jual. Kopi robusta, arabica, kolombia dan luwak, dari kiri ke kanan harganya semakin mahal hehehhehe.
"Mamaa, saya mauu yaaaaaaa, kopi arabicanya."
"Iya nonaaa, sebentar ya" senyum mama mekar
mama menumbuk kopi |
kiri kopi Arabica - kanan kopi Luwak |
Setelah bercerita dengan bapak Marten, porter kami, cerita asal usul orang Waerebo ternyata dulunya adalah suku Minangkabau.
" HA? kampung kita dulu bersebelahan donk pak di Sumatera "
" Hahhahahha, iya nona, asal kami dari Minangkabau, cuman sudah berapa ratus tahun silam "
"Oh gituuuu, tapi masih bisa buat daging rendang pak ? Bumbu-bumbunya? Nasi padang plus rendang kan enak sekaliii " tanyaku
"Waduhhhh, engga bisa lagi, nona" kata bapak
Dan kami semuapun tergelak hahahahah
Mata pencarian utama penduduk Waerebo berkebun kopi, menanam sayur di ladang dan buat wanitanya menenun kain. Menenun kain pun dengan pewarna alami.
Makanan seperti beras, minyak, gula, atau kebutuhan sembako lainnya dibawa dengan cara dipanggul saat ini. Jadi jangan heran kenapa ke rumah ini lumayan mahal karena memang semua bahan-bahan dibawa dengan tradisional ke kampung Waerebo pulang pergi bisa 5 jam. Saya sampai ke kampung ini mendakinya 3 jam baliknya 2,5 jam. Belum lagi kalau hujan di tengah jalan. Biasanya anak-anak muda Waerebo yang membeli dan membawa barang-barang kebutuhan dari pasar. Bener-bener perjuangannya sekali.
Ada satu taman baca dan balai kesehatan di Kampung Waerebo tak jauh dari rumah adat Mbaru Niang. Itu pun dengan jumlah yang terbatas.
dalam rumah mama, enam keluarga berbagi 1 dapur bersama |
Selesai sarapan semuanya pamit, satu per satu puang. Aku dan ka Nila masih sibuk foto dengan anak-anak Waerebo. Kami yang terakhir tiba di Waerebo, belum sempat foto-foto dan cerita.
langit-langit rumah Mbaru Niang |
aneka souvenir, bisa dibeli langsung loh, buatan tangan asli penduduk Waerebo |
menjemur biji kopi yang baru dipanen |
bertemu Santi dan kita selfi bareng donk hehehe |
Oleh pak Marten, porter kami diingatkan, kami harus segera meninggalkan Waerebo, takut hujan turun siang hari, cuaca memang tidak menentu di sini. Daripada resiko, akhirnya aku berkemas, packing dan pamit. Kami akan kembali ke Ruteng untuk melanjutkan perjalanan ke Bajawa.
foto terakhir di Rumah Kasih Ibu , tampak jauh kampung Waerebo |
Sampai kita bertemu lagiiiiiii Waerebo! :)
@daisyjuliaaa - she will always remember warmth and joy in Waerebo village
Related Stories #OVERLANDFLORES
Overland Flores : Akhirnya ke Wae Rebo!
Menjelajah Taman Laut 17 Pulau Riung, Flores
Itinerary & Budget Overland Flores 10D9N
0 Comments