Mengunjungi
Bali selalu punya cerita yang berkesan. Ini kali ketigaku tiba di pulau Dewata
dan baru kali ini saja bisa menghirup nafas ga terburu-buru buat kejar flight pesawat. Berempat dengan
temen-temenku Jemi, Marlina dan Justi sampailah kami siang hari di pulau
terindah sedunia ini.
Sesampainya
di hotel langsung beres-beres sebentar dan keluar untuk makan siang. Berhubung
Jemi adalah vegetarian, jadilah kami bertiga ‘diracunin’ untuk coba kafe baru
yang lebih banyak pilihan vegetariannya. Masih di sekitaran Seminyak, café Nook
namanya. Bener saja, makanannya memang enak dan seger. Viewnya persawahan jadi
angin sepoi-sepoi. Saya sampai nambah dua kali antara kelaparan atau karena
enak hehe
Kelar makan
dan ngobrol sana sini, tinggal jalan kaki saja ke pantai Seminyak. Jam sudah
mulai menunjukkan pukul 5 sore, saat
tiba di La Planca. Ini tempat hits se-Bali lihat sunset, bentuknya bean bag warna-warni dengan
payung-payung khas Bali lengkap dengan sound system putarin lagu-lagu pop yang up to date.
Tempat nongkrong yang nyamanlah. Kita cukup belanja 100ribu per orang buat nongki di sini dan berakhir dengan bawa pulang makanannya hahaha, ga mau rugi!
pantai Seminyak |
Senja sore
itu full colour. Dari kuning – orange - pink sampai merah. Wagelaseh memang
cakepnya.
golden hours after sunset in Seminyak |
Malamnya, yang paling buat kami penasaran mau coba night life nya Bali di sekitaran Seminyak. Berkat racun Jemi lagi, kami berempat sepakat buat coba dugem gay bar, Bali Joe namanya. Satu-satunya gay bar di Bali, pun syarat masuknya tidak ada, cuma pesen minum saja dan tidak terlalu mahal. Waria-waria yang tampil juga professional, ganti-gantian menari dan lipsync. Setelah waria, gantian sexy boys yang pamer badan six pack nya. Wuihhh badannya bagus-bagus dengan ototnya yang kekar, yang lucunya lagi kalau sexy boys ini menari hanya dengan CD dan lumayan erotis.
Kami
berempat kami duduk dengan tenang saja, melihat semuanya sudah mulai terbawa
suasana, mulai ‘panas’ kiri kanan sudah
mulai cipok sana cipok sini sesama gay. Gila sih ya, baru kali saya melihat
ciuman mulut yang lama, saling melumat mulut sesama gay hehehe. Puncak acara di
bar ini saat para waria menari dari satu panggung ke panggung yang lain.
Suasana di bar semakin ramai, semuanya pada joget, ga hanya para gay aja.
Sambil
setengah berteriak Jemi colek saya
“ Je .. kita
udahan aja yuk keluar “
“ Oke .. okeee ” jawabku juga sambil berteriak.
Keluar bar
akhirnya bisa bernafas lega, trust me
guys, asap rokok campur AC dingin, buat mata perih sekali.
“Next time
kita cobain dugem di Sky Garden, tapi kita singgah dulu makan nasi padang” kata Jemi. Kami bertiga cuman geleng-geleng kepala saja, selera music
boleh EDM, RNB atau techno tapi urusan perut tetep nasi padang juaranya hehehe.
Begitu deh perkenalan pertama night life di Bali, ga terlalu spesial karena kami sudah capek seharian, kesimpulannya mau cari apa aja di Bali itu lengkap. Kalau untuk night life, mungkin hanya akan ada di Bali boleh dibuka bar Gay seperti ini, ga heran setiap hari bar ini selalu penuh pengunjung.
Begitu deh perkenalan pertama night life di Bali, ga terlalu spesial karena kami sudah capek seharian, kesimpulannya mau cari apa aja di Bali itu lengkap. Kalau untuk night life, mungkin hanya akan ada di Bali boleh dibuka bar Gay seperti ini, ga heran setiap hari bar ini selalu penuh pengunjung.
Bali selalu punya cerita. Next ke Bali cerita apa lagi yaaaa? :D
@daisyjuliaaa - not a fan of night life
@daisyjuliaaa - not a fan of night life
0 Comments