Ngobrolin Bisnis Travel di tengah badai Covid 19
Q: mas Rizky kenap pilih budaya?
Rizky : karena saya buat trip landscape kayanya ga cocok. Budaya suka dapat feelnya dan selalu suka yang ada HI nya.
Contohnya : pendekatan ke Papua itu ngobrol dulu ga langsung keluarin kamera. Buat dulu nyaman dan bayar
Dodi : Sebelum masuk ke bisnis, saya suka dulu prinsipnya yang penting jalan dulu karena saya termasuk orang idealis.
Q: bagaimana menghadapi klient yang maunya dapat foto bagus tapi waktu terbatas ?
Lihat dulu pesertanya kalau pesertanya jurnalis ya pasti ga mau settingan. Tapi kalau pesertanya umum mengingat waktu yang terbatas, pasti akan ada yang disetting konsepnya.
Setting Aurora misalnya itu tergantung alam. Banyak- banyak doa kalau mau hunting Aurora.
Ranar : sebagai EO ya inikan jasa pastinya pengen semua peserta fototrip puas.
Jujur butuh waktu lama kalo mau foto yang memuaskan semua peserta. Jadi ya solusinya dengan waktu sedikit dimaksimalin
Contohnya hunting milkyway. Itu harus bulan mati jadi disesuaikan dengan waktu alam.
Kalo suku Korowai dengan waktu yang sedikit ya solusinya dikonsep natural. Musti disetting soalnya waktunya ga nentu kecuali saat acara adat.
Sandy Wijaya
Harusnya niat travelingnya bukan hanya foto aja. Kita sepertinya meninjau lagi apa motivasi peserta. Kalau mau dari awal ya tentukan judul tripnya konseptual travel photography trip. Karena kalau traveling ke suatu tempat itu ya semua pakai ilmu probablilitas. Esensi dalam trip itu ikut belajarnya. Foto dalam trip bisa konseptual atau street yang real.
Q : Pentingkah punya Asuransi perjalanan?
Kalau udah bicara motret alam ya sabar ajalah. Setiap daerah punya keunikan sendiri. Harus udah siap dengan plan ABCD.
Safety safety dan nyaman.
Masalah itu pasti selalu ada, tapi gimana mood tetap baik menjalankannya.
Contohnya motret Aurora
Ga bisa diprediksi kapan hadirnya . Gegografi Iceland itu kompleks jadi berangkatnya harus well prepared. Dibantu dengan aplikasi untuk melihat skala kekuatan Aurora dari 1-9.
Ranar : pernah rencana fototrip di Jogja tapi spitnya kena banjir besar .. jadi ubah dan buat plan BCD berikutnya. Banyak skip itinerarynya.
Sandy Wijaya :
Masalah di trip itu dibagi 3 :
- Force majeur bencana, perang
- pemerintah setempat
- ketidaksiapan operator dan peserta
Saya tidak pernah berani buat trip kalau belum pernah ke sana. Ya di bisnis ini mau ga mau kita harus bermodal dulu kalau mau hunting. Saya udah traveling ke 92 negara kecuali Jepang. Jadi kalau ada yang mau trip ke Jepang ya jangan cari saya soalnya belum ke sana.
Masalah akan timbul karena ketidaksiapan. Yang paling terasa kalau trip ke luar negeri ya kurs mata uang.
Semakin jauh melangkah, semakin banyak yang disadari. Contohnya global warming itu real loh
Kalau di kasus saya ngetrip dan ternyata kena force majeur balikin profitnya.
Bagaimanapun juga dalam hidup ya ga boleh cuma plan A, harus putar otak plan BCDE
Walau sulit tetap harus dijalani.
Contohnya bisnis tour di masa Pandemik ini. Namanya bisnis ya ada naik turunnya. Justru itu seninya bisnis.
Covid 19 tantangan terberat di dunia pariwisata. Kita semua sudah kehabisan plan. Yang bisa sekarang hanya bertahan hidup saja dulu.
Q: Apa mindset yang harus ditanamkan untuk memulai bisnis travel? Apakah masih worth it?
Sandy Wijaya
Bisnis travel masih sangat worth it.
Mindsetnya
- Bukan saling meniru tapi keluarin kreatifitas masing masing. Tonjolin kelebihan masing-masing.
- Masing masing ada stylenya sendiri.
- Justru semakin banyak yang berkecimpung jadinya banyak kompetisi jadi semakin kreatif orang-orangnya.
Esensinya bukanlah persaingan bisnis tetapi memajukan fotografi Indonesia.
Ini bukan persaingan, tapi pertemanan dengan style yang berbeda. Jadi saling mengisi.
Dody Arisandi
Memulai bisnis karena menemukan kesenangan foto dan traveling jadi awalnya bukan langsung geluti bisnisnya. Bisnis itu bonusnya.
Menemukan bisnis ini karena kecintaan dulu
Kalau ditanya apakah bisnis travel worth it itu tergantung ekspektasinya. Kita punya keterbatasan umur, fisik.
Kalau kamu sendiri yang jalani ga bisa kalau mau kaya.
Kalau mau stabil harus ada kerjaan sampingan lain. Bisnis travel rentan dipengaruhi bencana alam dan perang.
Kalau 1-2 tahun ga bisa dijalankan, pikirkan pekerjaan lain.
Rizky Alrasyid
Bisnis travel masih masih sangat worth it.
Banyakin stok sabar kalau di bisnis travel.
Apalagi di masa pandemic gini. Penambahan SOP
- wajib pake masker
- wajib pake sanitizer
- isi mobil juga social distancing hanya boleh 3 orang aja.
Aris Sanjaya
Di masa pandemic begini harus ada positioning dan branding diri sendiri yang buat beda dari yang lain.
Ranar Pradipto :
Bisnis travel masih sangat worth it. Peluangnya sangat besar. Saya masih punya mimpi sangat tinggi untuk travel Indonesia. Keseringan datang ke tempat-tempat yang tidak umum, itu bisa jadi potensi besar.
Contohnya terasering Argapura di Majalengka karena fotografer sering abadikan foto terasering ya jadinya terkenal dan banyak yang penasaran ikut motret juga. Jadi iconik dan efeknya ekonomi warga lokal ikut naik. Pariwisata itu masif sekali efeknya.
Saya yakin sama pariwisata masih optimis sekali di bisnis ini.
Intinya jangan kerja sendiri ada manajemen yang baik kalau mau bertahan di bisnis travel. Jadi ga menganggap orang lain saingan asal tetap konsisten dan komitmen.
Q : Apa pan setelah Covid?
Ranar : Jadi mikirin idr kreatif nanti setelah Covid bisa loncat lagi.
Sejauh ini udah reschedule 6 fototrip. Bersyukur karena tim saya masih kecil jadinya bisa diatur flexible.
Aris :
Setelah Covid .. belum ada plan. Ini masih masa ga jelas. Hanya bisa nunggu dululah. Dan dat ini setiap negara punya SOP yang beda-beda.
Dodi Arisandi
Untuk 2020 udah reschedule 7 trip. Jadinya pake plan BCDE. Banyak hal yang harus dipersiapkan. Yang masih bisa kita lakukan hanya bisa memantau dan mempersiapkan. Mulai memikirkan jenis bisnis lain. Kuliner dan kesehatan.
Sandy Wijaya
Situasi semuanya ga jelas. Kita ga tau sampai kapan stay di rumah, diam di rumah aja. Mau ga mau cari alternatif kesibukan lain.
Kesempatan ini saya gunakan untuk edukasi dan gratis.
Selama Covid 19 ini restrukturisasi manajemen usaha. Saya juga melirik beberapa traveler muda berbakat buat regenerasi.
Trip ke depannya dijalankan dan dengan prosedur safety yang baik.
Pariwisata butuh recovery dari Pandemik ini lebih lama. Orang semakin takut jalan-jalan walaupun pengen.
Q : Bagaimana tentang hak cipta foto jika Wajah orang muncul di foto ?
Ranar : Kalau saya jatuhnya jadi editorial foto kalau tanpa model release.
Kalau untuk keperluan cover majalah pake model release.
Trus lagi setiap foto yang saya upload itu ada watermarknya. Saat saya sudah cantumin watermark saya saya mengunci hak ciptanya. Kalau mau masuk komersil dan hilangkan watermark saya ya itu jadi masalah. Selagi dipublikasi Selagi dipublikasi untuk news ya aman. Ga ada masalah. Kecuali mau dipasang Billboard atau cover buku wajib butuh model release.
Aris Sanjaya
Kalau untuk foto human wajib ada model releasenya supaya aman.
Model release masih belum jelas aturannya. Siluet orangpun sekarang diminta model releasenya.
Sandy Wijaya
Harus paham betapa pentingnya model release kalau paham akan dikemanain outputnya.
Mau dijual yaa harus ada model releasenya.
Pernah pengalaman kerjasama dengan natgeo. Semua fotografer wajib bawa setumpuk form model release jadi copyright sangat dihargai. Dengan adanya model release, payung hukumnya jadi jelas dan tegas.
Kalau ada masalah di kemudian hari tinggal upload model releasenya.
Kalau ikut konser atau pentas musik di dalam dan luar negeri, tiketnya jangan hilang. Itu bisa jadi property release yang bisa dibuat pegangan fotografer kalau mau motret.
Rizky Alrasyid tentang model release
Suku Korowai orangnya kebanyakan buta huruf. Foto-foto yang ada dipakai untuk koran lokal.
Kesimpulannya : semua aturan dibuat supaya kita semua aman. Tenang berkarya dan tidak ada yang dirugikan.
Tempat Indonesia itu buanyaaaak banget yang indah. Banyak dan susah menjangkaunya. Dengan adanya operator trip memudahkan supaya perjalanan lebih nyaman.
@daisyjuliaaa- yang dapat insight baru dari fotografer dan traveler senior <3
0 Comments